Ketika melihat pasangan yang baru menikah, saya suka tersenyum. Bukan apa, saya hanya ikut merasakan kebahagiaan yang bersinar spontan dari wajah-wajah syahdu mereka. Tangan yang saling berkaitan ketika berjalan, tatapan-tatapan penuh makna, bahkan sirat keengganan saat hendak berpisah.
Seorang sahabat yang tadinya mahal tersenyum, setelah menikah senyumnya selalu sahaja mengembang. Ketika saya tanyakan mengapa, singkat dia berujar "Menikahlah! Nanti juga tahu sendiri". Aih...
Menikah itu sangat indah, kata Allahyarham ayah saya dan hanya dapat dirasakan oleh yang sudah menjalaninya. Ketika sudah menikah, semuanya menjadi begitu jelas, alur ibadah suami dan isteri. Beliau mengibaratkan ketika seseorang baru menikah dunia menjadi terang benderang, saat itu kicauan burung terdengar begitu merdu. Sepoi angin dimaknai begitu dalam, makanan yang terhidang selalu sahaja disantap lazat. Mendung di langit bukan masalah besar. Seolah dunia milik mereka saja, Mengapa? Kerana semuanya dinikmati berdua. Hidup seperti seolah baru dimulai, sejarah keluarga baru sahaja disusun.
Namun sayang tambahnya, semua itu lambat laun menguap ke angkasa membumbung atau ghaib ditelan dalamnya bumi. Entahlah saat itu cinta mereka berpindah ke mana. Seiring detik yang berloncatan, seolah cinta mereka juga. Banyak dari pasangan yang akhirnya tidak sampai ke tujuan, tak terhitung pasangan yang terburai kehilangan pegangan, selanjutnya perahu mereka karam sebelum sempat berlabuh di tepian.
Bercerai, sebuah amalan yang diperbolehkan tapi sangat dibenci Allah. Ketika Allah menjalinkan perasaan cinta diantara suami isteri, sungguh itu adalah anugerah bertubi yang harus disyukuri. Kerana cinta isteri kepada suami berbuah ketaatan untuk selalu menjaga kehormatan diri dan keluarga. Dan cinta suami kepada isteri menetaskan keinginan melindungi dan membimbingnya sepenuh hati. Lanjutnya kemudian.
Saya jadi ingat, saat itu seorang isteri memarahi suaminya habis-habisan, saya yang berada di sana merasa hiba melihat si suami yang terdiam. Padahal dia baru sahaja pulang dari pejabat, peluh masih membasah, kesegaran pada saat pergi sama sekali tidak nampak, kelelahan begitu lekat di wajah. Hanya kerana masalah kecil, emosi isteri meledak begitu hebat. Saya kira akan terjadi "perang" hingga bermaksud mengajak anak-anak main di belakang. Tapi ternyata di luar dugaan, suami malah mendaratkan sebuah kucupan saying penuh mesra di kening isteri. Isterinya yang sedang berapi-api pun padam, senyum malu; malunya mengembang kemudian dan merdu suaranya bertutur "Maafkan Mama ya Pa..". Gegas ia raih tangan suami dan mendekatkannya juga ke kening, sepertimana yang dilakukan setiap kali suaminya datang.
Jauh setelah kejadian itu, saya bertanya pada si suami kenapa dia berbuat demikian. "Saya mencintainya, kerana dia isteri yang dianugerahkan Allah, kerana dia ibu dari anak-anak saya. Ya kerana saya mencintainya" demikian jawabnya.
Ibn Qayyim Al-Jauziah seorang ulama besar, menyebutkan bahawa cinta mempunyai tanda-tanda.
Pertama, ketika mereka saling mencintai maka sekali saja mereka tidak akan pernah saling mengkhianati, Mereka akan saling setia senantiasa, memberikan semua komitmen mereka.
Kedua, ketika seseorang mencintai, maka dia akan mengutamakan yang dicintainya, seorang isteri akan mengutamakan suami dalam keluarga, dan seorang suami tentu saja akan mengutamakan isteri dalam hal perlindungan dan nafkahnya. Mereka akan sama-sama saling mengutamakan, tidak ada yang merasa superior.
Ketiga, ketika mereka saling mencintai maka sedetikpun mereka tidak akan ingin berpisah, lubuk hatinya selalu saling terpaut. Meskipun secara fisikal berjauhan, hati mereka seolah selalu tersambung.
Ada doa isterinya agar suami selamat dalam perjalanan dan memperoleh kejayaan dalam pekerjaan. Ada tengadah jemari isteri kepada Allah supaya suami selalu dalam perlindunganNya, tidak tergelincir. Juga ada ingatan suami yang sedang membanting tulang meraup nafkah halal kepada isteri tercinta, sedang apakah gerangan isterinya, lebih semangatlah ia.
Saudaraku, ketika segala sesuatunya berjalan begitu rumit dalam sebuah rumahtangga, saat-saat cinta tidak lagi menggunung dan menghilang seiring persoalan yang datang silih berganti. Perkenankan saya mengingatkan lagi sebuah hadith nabi. Ada baiknya para isteri dan suami menyelami bulir-bulir nasihat berharga dari Nabi Muhammad.
Salah satu wasiat Rasulullah yang diucapkannya pada saat-saat terakhir kehidupannya dalam peristiwa haji wada': "Barangsiapa - diantara para suami bersabar atas perilaku buruk dari isterinya, maka Allah akan memberinya pahala seperti yang Allah berikan kepada Ayyub atas kesabarannya menanggung penderitaan. Dan barangsiapa -diantara para isteri- bersabar atas perilaku buruk suaminya, maka Allah akan memberinya pahala seperti yang Allah berikan kepada Asiah, isteri fir'aun"
HR Nasa-iy dan Ibnu Majah.
Kepada saudaraku yang baru sahaja menggenapkan setengah dien, Tidak ada salahnya juga untuk saudaraku yang sudah lama merasakan asam garamnya pernikahan, patrikan firman Allah dalam ingatan : "...Mereka (para isteri) adalah pakaian bagi kalian (para suami) dan kalian adalah pakaian bagi mereka..."
QS. Al-Baqarah:187
Torehkan hadith ini dalam benak : "Sesungguhnya ketika seorang suami memperhatikan isterinya dan begitu pula dengan isterinya, maka Allah memperhatikan mereka dengan penuh rahmat, manakala suaminya merengkuh telapak tangan isterinya dengan mesra, berguguranlah dosa-dosa suami isteri itu dari sela jemarinya"
Diriwayatkan Maisarah bin Ali dari Ar-Rafi' dari Abu Sa'id Alkhudzri r.a Kepada sahabat yang baru sahaja membingkai sebuah keluarga, Kepada mereka yang usia rumahtangganya tidak lagi seumur jagung, Ingatlah ketika suami mengharapkan isteri berperilaku seperti Khadijah isteri Nabi, maka suami juga harus meniru perilaku Nabi Muhammad kepada para isterinya. Begitu juga sebaliknya. Perempuan yang paling mempesona adalah isteri yang solehah, isteri yang ketika suami memandangnya pasti menyejukkan mata, ketika suaminya menuntunnya kepada kebaikan maka dengan sepenuh hati dia akan mentaatinya, jua tatkala suami pergi maka dia akan amanah menjaga harta dan kehormatannya. Isteri yang tidak silau dengan gemerlap dunia melainkan isteri yang selalu bergegas merengkuh setiap kemilau redha suami.
Lelaki yang berpredikat lelaki terbaik adalah suami yang memuliakan isterinya. Suami yang selalu dan selalu mengukirkan senyuman di wajah isterinya. Suami yang menjadi qawwam isterinya. Suami yang begitu teguh mencari nafkah halal untuk keluarga. Suami yang tak lelah berlemah lembut mengingatkan kesalahan isterinya. Suami yang menjadi seorang nahkoda kapal keluarga, mengharungi samudera agar selamat menuju tepian hakiki "Syurga". Dia memegang teguh firman Allah, "Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka..."
QS. At-Tahrim: 6
Akhirnya, semuanya menjadi mudah dan tetap berjalan dengan semestinya. Semua berlaku sama seperti permulaan. Tidak kurang, tidak juga berlebihan. Meski riak-riak gelombang mengumbang- ambing perahu yang sedang dikayuh, atau karang begitu gigih berdiri menghalangi biduk untuk sampai ketepian. Karakter suami isteri demikian, InsyaAllah dapat melaluinya dengan hasil yang baik. Sehingga setiap butir hari yang datang berganti akan tetap indah, fajar di ufuk selalu saja tampak merekah.
Keduanya menghiasi masa dengan kesyukuran, keduanya berbahtera dengan kekal cinta. Sama seperti syair yang digaungkan Gibran, Bangun di fajar subuh dengan hati seringan awan
Mensyukuri hari baru penuh sinar kecintaan Istirehat di terik siang merenungkan puncak getaran cinta Pulang di kala senja dengan syukur penuh di rongga dada Kemudian terlena dengan doa bagi yang tercinta dalam sanubari Dan sebuah nyanyian kesyukuran tersungging di bibir senyuman Semoga Allah selalu menghimpunkan kalian (yang saling mencintai kerana Allah dalam ikatan halal pernikahan) dalam kebaikan.
Mudah-mudahan Allah yang Maha lembut melimpahkan kepada kalian bening saripati cinta, cinta yang menghangati nafas keluarga, cinta yang menyelamatkan. Semoga Allah memampukan kalian membingkai keluarga sakinah, mawaddah, warrahmah. Semoga Allah mematrikan helai keikhlasan di setiap gerak dalam keluarga. Jua Allah yang maha menetapkan, mengekalkan ikatan pernikahan tidak hanya di dunia yang serba fana tapi sampai ke sana, the real world "Akhirat". Mudah-mudahan kalian selamat mendayung sampai ke tepian. Allahumma Aamiin.
Barakallahu, untuk para pengantin muda. Mudah-mudahan ramai lagi yang mampu mengikuti tapak kalian yang begitu berani mengambil sebuah keputusan besar, yang begitu nyata menandakan ketaqwaan kepada Allah serta ketaatan kepada sunnah Rasul Pilihan. Mudah-mudahan jika tiba giliran anda, tak perlu lagi saya bertanya mengapa teman saya menjadi begitu murah sdengan senyuman. Kerana mungkin anda sudah mampu menemukan jawabannya sendiri.
Sedikit renungan dari saya, bila menasihati wanita dengan kekerasan, Ia akan patah dan bila menasihatinya dengan kelembutan, ia akan menurut.Para suami diharapkan dapat mengendalikan sikapnya jika menginginkan isterinya menjadi solehah. Sikap lembut seperti ini bukan bererti 'mentaati' isteri yang dilarang dalam Islam.
Ya Allah, bukakanlah ke atas kami hikmatMu dan limpahilah ke atas Kami khazanah rahmatMu, wahai Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Wahai Tuhanku, tambahkanlah ilmuku dan luaskanlah kefahamanku. Wahai Tuhanku, lapangkanlah dadaku dan mudahkanlah urusanku.
"Seandainya engkau menyampaikan keburukan saudaramu, Jika itu benar, maka bererti kamu sudah membuka aib saudaramu, dan jika itu salah, maka engkau sudah melakukan fitnah "
:: akal senipis rambut kuatkanlah dengan ilmu, hati serapuh kaca hiaskanlah dengan iman, iman selembut sutera hiasilah dengan akhlak ::
No comments:
Post a Comment